Abdillah Onim, Saksi Hidup Kekejaman Zionis Israel di Jalur Gaza
Abdillah Onim, seorang warga negara Indonesia yang telah menjadi saksi hidup kekejaman Zionis Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, mengungkapkan situasi tragis yang terjadi selama delapan bulan terakhir. Menurut Abdillah, pembantaian terhadap Muslim Palestina, khususnya di Jalur Gaza, oleh Zionis Israel telah berlangsung selama lebih dari 75 tahun sejak mereka menduduki dan menjajah Palestina.
Onim berbagi kisah dan pengalamannya selama 14 tahun berada di Palestina pada Jum'at 28 Juli 2024 di Masjid Al-Hidayah kampus III Universitas Muhammdiyah Sumatera Barat.
Sebelum terpecah menjadi empat bagian, Palestina dikenal sebagai Biladusyam atau negeri para nabi. Empat negara yang terbentuk dari wilayah ini meliputi Palestina, Suriah, Libanon, dan Yordania, semuanya berada di wilayah Timur Tengah. Jalur Gaza, yang berada di utara barat Palestina dan berbatasan langsung dengan Mesir, memiliki luas 367 km persegi dan dihuni oleh 2,3 juta orang.
Abdillah menjelaskan bahwa sebelum serangan Zionis pada 7 Oktober 2023, Jalur Gaza sudah berada dalam kondisi yang sulit akibat blokade yang dilakukan oleh zionis selama 17 tahun. Blokade ini bertujuan untuk mempersulit bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah tersebut. Meskipun demikian, para petani dan nelayan di Jalur Gaza tetap berusaha menjalankan aktivitas mereka, meski sering di intimidasi dan bahkan dibunuh oleh tentara Zionis Israel.
Dalam situasi yang penuh tekanan ini, pejuang Palestina tidak tinggal diam. Mereka menyadari bahwa Zionis Israel hanyalah pendatang yang dahulu diberi tempat untuk berlindung namun berbalik menjajah. Oleh karena itu, pejuang Palestina sepakat untuk melawan dan melakukan pembalasan. Serangan terbesar dalam sejarah terjadi, di mana pejuang Palestina berhasil menguasai pangkalan militer Israel, membakar ratusan tank Merkava, dan menewaskan ratusan prajurit Israel di pangkalan Sidiriot di Gaza Timur.
Kejadian ini membuat Perdana Menteri Israel kalang kabut dan meminta bantuan dari Presiden Amerika Serikat untuk mengirim bala tentara ke Israel guna melakukan pembantaian dan genosida terhadap warga sipil di Jalur Gaza. Onim mengkritik keras orang-orang yang berusaha menggiring opini bahwa pembantaian tidak akan terjadi jika tidak ada serangan pada 7 Oktober. Menurutnya, ini adalah pembodohan.
Onim menegaskan bahwa alasan pejuang Palestina bergerak adalah karena mereka telah dijajah selama 75 tahun oleh Zionis Israel. Ia juga mempertanyakan diamnya PBB, Amerika Serikat, dan masyarakat internasional terhadap kebiadaban yang dilakukan Zionis terhadap warga sipil di Jerusalem dan Jalur Gaza.
Sebagai saksi hidup, Onim menyampaikan bahwa ini adalah murni rencana pembersihan etnis oleh Zionis Israel terhadap tiga agama di Palestina: Islam, Yahudi, dan Kristen. Ia menegaskan bahwa ini bukan peperangan, melainkan genosida yang didukung oleh kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara lain yang berkolaborasi dengan Zionis Israel.
Inim juga mengingatkan bahwa Indonesia memiliki hutang budi kepada Palestina. Sebelum Indonesia meraih kemerdekaan, Palestina berkontribusi secara moral dan finansial untuk kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, menurutnya, memberikan dukungan kepada Palestina adalah bagian dari amanah konstitusi UUD 1945 yang menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Informasi
KONTAK
Alamat
Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah, Padang,25172
info@umsb.ac.id
Telp
(0751) 482274