Oleh Dr. Firdaus, M.H.I (Dosen Ilmu Falak Prodi Hukum Keluarga FAI UM Sumbar)

UM Sumatera Barat – Sebelumnya telah dibahas bahwa terjadi perbedaan mengapa Negara Arab Saudi duluan Idul Adha dibandingkan Indonesia, padahal contohnya Indonesia Bagian Barat dengan waktu (WIB) duluan empat jam dibandingkan Waktu Arab Saudi (WAS). Dapat dijawab bahwasanya berdasarkan fokus pendekatan Ilmu Falak sebagai dasar untuk mengetahui perbedaan tersebut, ada beberapa pokok pikiran yang mesti diketahui.

Di antaranya yakni hari Kamis yang jatuh pada 6 Juni 2024 bertepatan dengan 29 Zulkaedah 1445 H, itjimak belum terjadi sampai matahari terbenam dari Merauke hingga ke Sabang, bahkan sudah masuk pula waktu isya baru terjadi itjimak. Itjimak di sini merupakan serah terima bulan baru yang hendak bertugas. Bahasa lainnya konjungsi, yang berarti bertemu atau berkumpul, berkumpulnya bumi, bulan dan matahari pada satu garis astronomi.

Dikarenakan belum terjadi itjimak sebelum magrib seluruh Indonesia pada Kamis (6/6) maka digenapkan bulan Zulkaedah 30 hari. Sementara itu, empat jam setelah matahari terbenam di Sabang paling barat Indonesia, masuk waktu magrib di Arab Saudi. Ternyata begitu matahari terbenam, hilal berada di atas ufuk, maka malam itu disebut malam pertama Zulhijjah. Pemerintah Arab Saudi menetapkan 1 Zulhijjah pada Jumat (7/6). Di sini mutlak diketahui bahwa pukul 17.40 terjadi itjimak. Jadi untuk wilayah Arab Saudi sebelum magribnya sudah itjimak serta makin tebal dan lebih tinggi kehadirannya di atas ufuk.

Kemunculan hilal atau datangnya wujud hilal lebih awal di Arab Saudi pada malam yang sama dengan Indonesia menunjukkan bahwa awal bulan kamariah berpotensi makin ke barat hilal duluan muncul. Karena makin ke barat, bulan itu panjang umurnya setelah itjimak dan makin tebal serta lebih tinggi kehadirannya di atas ufuk. Sedangkan di saat sama hari dan tanggal Idul Adha antara Indonesia dengan Arab Saudi dengan Indonesia tidak ada masalah karena ada kaitannya dengan puasa Arafah.