info@umsb.ac.id 0823 8497 0907
WhatsApp Logo

Kokohnya Tauhid dan Hidup Berkecukupan

Oleh: Humas UM Sumbar   |   Jumat,05 Juli 2024 12:01:00
Dibaca: 244 kali

Kekokohan tauhid akan membuka pintu-pintu rahmat termasuk rezeki bagi hamba-hamba-Nya. Allah pun akan menjamin dan mempermudah urusan siapa pun yang menyandarkan diri secara total pada-Nya.

Al-Qur’an telah memberi contoh bahwa sekelompok pemuda yang berpegang teguh pada tauhid, dan meninggalkan kemilau dunia, sehingga Allah pun memberi petunjuk dan melindunginya dari pembunuhan penguasa yang zalim.

Dengan hidup bertauhid, mereka pun hidup berkah dan berkecukupan. Sebaliknya, Al-Qur’an juga menarasikan bahwa komunitas yang mempersekutukan-Nya, hidupnya terombang-ambing serta tertimpa bencana dan musibah yang sangat tragis.

Naluri Bertauhid

Sejarah mencatat bahwa hamba yang hidupnya menyandarkan diri pada Allah secara total, maka hidupnya akan berkah dan berkecukupan.

Al-Qur’an telah menarasikan sekelompok pemuda yang tinggal di lingkungan yang mewah memutuskan untuk meninggalkan gemerlap dunia.

Mereka melihat masyarakatnya melakukan ritual penyembahan berhala, dan batinnya merasa bahwa hal itu sangat meresahkannya.

Mereka lebih tergiur dengan tauhid, meski mendapatkan ancaman fisik dan pembunuhan. Petunjuk Allah telah menusuk jantung hati mereka.

Mereka pun berdiri tegak di atas nilai-nilai tauhid. Maka Allah memberi petunjuk dan mempermudah urusannya. Hal ini dinarasikan dengan baik dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhan-mu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” (QS. Al-Kahfi :16)

Langkah yang dilakukan para pemuda dengan memasuki gua merupakan upaya untuk berlindung dari ancaman penguasa.

Penguasa itu berada di balik penyembahan berhala yang telah berakar kuat, sehingga ingin membunuh nyawa para pemuda yang berpegang teguh pada tauhid.

Dengan berlindung di dalam gua itu, maka Allah menjaga dengan menidurkannya selama tiga ratus sembilan tahun.

Pertolongan Allah terhadap mereka yang bertauhid ini diperjelas oleh Ibnu Katsir ketika menjelaskan perihal penduduk yang beriman di era Nabi Yunus, sehingga Allah menyelamatkan dari azab-Nya.

Hal ini sebagaimana disebutkan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (QS.Yunus : 98)

Di sini menunjukkan pertolongan Allah pada kaum Nabi Yunus yang terhindar dari adzab ketika iman menempel kuat di dalam hati mereka.

Mereka awalnya menyembah berhala dan Nabi Yunus memberi nasehat untuk bertauhid dan mengagungkan Allah dengan meninggalkan berhala-berhala yang selama ini menjadi sandaran hidupnya.

Pada saat itu, masyarakat menolak nasehat itu, sehingga Nabi Yunus merasa putus asa, hingga meninggalkan masyarakatnya.

Ketika Nabi Yunus meninggalkan tempat itu dengan mengancam akan datang musibah dari Allah, maka mereka pun sadar.

Kesadaran kolektif untuk mengangungkan Allah dan meninggalkan berhala telah mendatangkan pertolongan Allah dengan menyelamatkan dari bencana yang mengancamnya.

Pertolongan Allah terhadap kaum Nabi Yunus itu sebagai konsekuensi atas teguhnya nilai-nilai tauhid dengan meninggalkan penyembahan berhala.

Hal ini selaras dengan narasi Al-Qur’an bahwa hamba yang bertauhid secara kokoh akan membuahkan karunia berupa rahmat dari langit dan bumi. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)

Ketika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa dimana hati mereka beriman kepada apa yang disampaikan oleh rasul-rasul, maka Allah akan melimpahkan berbagai kenikmatan.

Dengan bertakwa berarti membenarkan dan mengikuti kebenaran dengan mengerjakan amal-amal ketaatan serta meninggalkan semua yang diharamkan-Nya. Hal inilah yang akan mendatangkan berkah dari langit dan bumi.

Limpahan rejeki itu berupa hujan dari langit sehingga menumbuhkan berbagai tetumbuhan dari bumi sehingga melimpah rejeki di berbagai belahan bumi.

Namun dalam kebanyakan, masyarakat mendustakan peringatan Allah. Hal ini berkonsekuensi lahirnya berbagai musibah dengan menimpakan kebinasaan atas mereka.

Keberkahan yang diperoleh hamba-hamba-Nya merupakan konsekuensi dari janji Allah ketika suatu masyarakat bertakwa secara sungguh-sungguh dan menyandarkan hidupnya secara total kepada-Nya.

Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. A?-?al?q : 3)

Kokohnya tauhid mendorong hamba untuk menyandarkan hidupnya kepada Allah sambil memproduksi amal kebaikan dan menjauhkan diri dari maksiat.

Penyandaran diri seorang hamba yang kuat kepada Allah itulah yang menggerakkan Allah untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan rezeki yang tak disangka-sangka. (*)

Artikel ini sudah tayang di majelistabligh

Ditulis oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

SHARE :

Informasi

KONTAK

Alamat

Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah, Padang,25172

Email

info@umsb.ac.id

Telp

(0751) 482274