Pentingnya Tuma’ninah Dalam Shalat
Humas UM Sumatera Barat - Sering kita lihat dan saksikan baik shalat sendiri maupun shalat berjamaah dilakukan dengan sangat cepat. Dan mungkin juga kita pernah melakukan hal tersebut. Sehingga sampai meninggalkan tuma’ninah. Biasanya hal ini terjadi karena kita tergesa-gesa untuk mengerjakan sesuatu setelah selesai shalat.
Juga dalam konteks shalat berjamaah yang super cepat, mungkin maksud sang imam untuk menyenangkan makmum dengan shalat dilakukan secara sangat cepat, sehingga cepat selesai. Atau mungkin juga karena kebiasaan. Padahal tuma’ninah merupakan bagian dari rukun shalat. Ketiadaan tuma’ninah akan menjadikan shalat kita tidak sah.
Pada tulisan kali ini akan disampaikan hadis-hadis terkait pentingnya tuma’ninah dalam shalat.
Pertama, Allah tidak melihat orang yang dalam shalatnya tidak meluruskan tulang penggungnya ketika rukuk dan sujud. Sebagaimana hadis Rasululla yang diriwayatkan Imam Ahmad yang artinya : “Allah tidak akan melihat seorang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya ketika ruku’ dan sujud” (HR Imam Ahmad).
Kedua, orang yang tidak sempurna dalam melakukan rukuk dan sujud diibaratkan pencuri dalam shalat, dan pencuri dalam shalat adalah seburuk-buruknya pencuri.
Sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang artinya : “Seburuk-buruknya pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”.
Menyikapi hal tersebut para sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang bagaimana mencuri dalam shalat. Rasulullah bersabda, “Dia tidak sempurnakan rukuk dan sujudnya” (HR Imam Ahmad)
Ketiga,tuma’ninah merupakan rukun shalat, baik pada ruku, I’tidal, sujud maupun duduk diantara dua sujud sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang artinya : “Jika kamu hendak mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat al Quran yang mudah bagi kamu. Kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan tumakninah, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud dengan tumakninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk sampai benar-benar duduk dengan tumakninah, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukan seperti itu pada seluruh shalatmu.” (HR Imam Bukhari)
Keempat, sujud yang dilakukan dengan cepat dan tidak dengan tuma’ninah diibaratkan seperti ayam mematuk makanan. Duduk yang tidak tuma’ninah diibaratkan seperti duduknya anjing, serta shalat dengan menoleh-noleh bagaikan rusa. Kesemuanya dilarang oleh Rasulullah sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang artinya : “Beliau melarangku sujud dengan cepat seperti ayam mematuk, duduk seperti duduknya anjing, dan menoleh-noleh seperti rusa (HR Imam Ahmad)
Kelima, seseorang yang meninggal dunia dengan amalan rukuk dan sujudnya tidak sempurna maka dia tidak temasuk kepada pengikut Nabi Muhammad.
“Bahwasanya Rasulullah melihat seorang yang shalat dengan tidak menyempurnakan rukuknya dan tidak menyempurnakan sujudnya, maka beliau bersabda : Seandainya dia mati dalam kondisi seperti ini, dia mati tidak dalam keadan mengikuti millah Muhammad.” (HR Imam Abu Ya’la)
Menjaga Agar Tuma’ninah
Dengan memahami bahwasanya tuma’ninah dalam rukuk, i’tidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud merupakan rukun shalat. Sehingga jika tidak dikerjakan maka shalat jadi tidak sah dan sia-sia. Dengan demikian akan menjadi perhatian lebih dari kita.
Tidak tergesa-gesa dalam melakukan shalat, jika memang waktunya sempit, maka dikerjakan yang rukun-rukun dengan tenang, tanpa meninggalkan tuma’ninah.
Merasakan dan menghayati shalat dengan tuma’ninah akan lebih berkesan dan lebih khusyu’ serta menikmati ketenangan dalam berkomunikasi dengan Allah ta’ala melalui ibadah shalat.
Merasakan kenyamanan dan kelezatan tubuh pada saat shalat dengan tuma’ninah. Ketika punggung lurus saat ruku’, begitu juga saat i’tidal berdiri dengan sempurna, begitu juga sujud dengan penggung yang lurus maka terasa sekali kenyamanan otot-otot punggung dan kaki.
Demikianlah tulisan ringan berkaitan dengan pentingnya tuma’ninah dan juga ikhtiar agar bisa melaksanakan shalat dengan tuma’ninah. Semoga kita menjadi bagian yang mengerjakan shalat dengan penuh kekhusyu’an dan tuma’ninah. Sehingga ibadah kita diterima oleh Allah ta’ala serta terhayati secara lahir dan batin dan berdampak positif dalam kehidupan kita.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Oleh : Tito Yuwono
Artikel ini sudah terbit di Suara Muhammadiyah
***
Untuk Mendapatkan Informasi Terbaru Ayo Bergabung Bersama Fanpage UM Sumatera Barat
Ikuti Juga Twitter UM Sumatera Barat
***
Informasi
KONTAK
Alamat
Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah, Padang,25172
info@umsb.ac.id
Telp
(0751) 482274