Ancaman Allah Terhadap Pembohong dan Mereka Yang Berbuat Curang
Orang-orang yang gemar berbohong, berbuat curang, akan menerima azab yang sangat pedih. Kelak di alam kubur, mereka akan merobek-robek mulutnya sendiri sampai hari Kiamat tiba. Orang yang terbiasa berbicara bohong dan dusta serta berbuat curang itu memiliki penyakit hati.
Jika kebiasaan buruk ini tidak dihentikan, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memberikan balasan yang sangat pedih.
Salah satu tujuan berbohong untuk melancarkan siasat atau strategi. Kadang kala, bohong dianggap sebagai kebiasaan yang sepele. Padahal jika kebiasaan bohong dilakukan secara terus-menerus, apalagi jika tanpa disertai dengan ilmu, niscaya ucapan orang tadi akan selalu bohong dalam hal apa pun.
Salah satu peristiwa buruk yang dialami manusia di alam kubur adalah mulutnya dirobek- robek hingga hancur berantakan, kemudian dikembalikan lagi seperti semula, lalu dirobek-robek lagi, begitu seterusnya hingga hari kiamat tiba.
Ini adalah balasan yang akan diterima oleh orang- orang yang gemar berbohong berbuat curang. Sewaktu bertanya kepada Jibril dan Mikail, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang aku lihat”. Kedua malaikat menjawab, “Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah pendusta. Dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan tersebut hingga hari Kiamat.” (HR. Bukhari)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang- orang pendusta.” (QS. An-Nahl : 105)
Dalam kehidupan sekarang, kita melihat bagaimana kebohongan berproses menjadi sesuatu yang dipercaya. Menurut Tom Stafford (2016), “Pengulangan membuat fakta tampak lebih benar, terlepas dari apakah fakta tersebut benar atau tidak”. Memahami efek ini dapat membantu kita menghindari propaganda.
Sementara itu, Joseph Goebbel mengatakan, “Ulangi kebohongan dengan cukup sering dan itu menjadi kebenaran”. Di kalangan psikolog hal seperti ini dikenal sebagai efek “ilusi kebenaran”.
Jadi, jika cukup sering mengulangi kebohongan maka itu akan menjadi kebenaran. Dan jika Anda melihat sekeliling Anda, Anda mungkin mulai berpikir bahwa semua orang mulai dari pengiklan hingga politisi memanfaatkan kelemahan psikologi manusia ini.
Namun efek yang dapat diandalkan belum tentu berdampak penting pada keyakinan masyarakat di dunia nyata. Jika Anda benar-benar dapat membuat kebohongan terdengar benar dengan mengulanginya, Anda tidak memerlukan semua teknik persuasi lainnya.
Ilusi kebenaran bisa menjadi senjata berbahaya di tangan politisi jaman sekarang ini. Salah satu kendalanya adalah apa yang sudah Anda ketahui. Sekalipun suatu kebohongan terdengar masuk akal, mengapa Anda mengesampingkan apa yang Anda ketahui hanya karena Anda mendengar kebohongan itu berulang kali ?
Baru-baru ini, ada paslon capres yang berkampanye akan “Membagikan makan gratis bagi semua rakyat miskin”. Janji ini juga diulangi dalam debat capres dan beberapa event lain baik di TV maupun di media sosial.
Efeknya, janji ini dianggap benar oleh banyak kalangan. Namun, beberapa hari setelah pemilu presiden, Capres yang sama menyatakan akan menaikkan pajak ini dan itu dengan membandingkan tingginya pajak dengan negara lain.
Orang yang cukup cerdas akan berpikir bahwa ternyata makan gratis yang dijanjikan adalah uang yang diambil dari pajak. Tapi bagi orang yang kurang cerdas, mereka berpikir bahwa yang penting nanti ada makan gratis. Allahu ya’lam.
Insya Allah yang kita baca ini menjadi pengingat dan penambah iman. Bila sekiranya bermanfaat bagi yang lain, mari kita share tulisan ini kepada sanak saudara handai taulan sahabat semuanya. Insya Allah menjadi jariah kita semua, aamiin yaa rabb.
Oleh: Ferry Is Mirza DM
Artikel ini sudah terbit di Majelis Tabligh
Informasi
KONTAK
Alamat
Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah, Padang,25172
info@umsb.ac.id
Telp
(0751) 482274