info@umsb.ac.id 0823 8497 0907
WhatsApp Logo

Frans dan Alex Sosok Yang Mengabadikan Detik-Detik Kemerdekaan Indonesia

Oleh: Humas UM Sumbar   |   Kamis,22 Agustus 2024 10:26:00
Dibaca: 1379 kali

Warga negara Indonesia tentu sudah tidak asing dengan foto di atas, namun pernahkan kita bertanya siapa sosok yang mengabadikan momen terpenting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia ini?

Ketika Indonesia meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, sebuah momen penting yang menandai akhir dari penjajahan panjang, ada dua sosok yang memainkan peran krusial dalam memastikan bahwa peristiwa bersejarah itu tidak hanya hidup dalam ingatan, tetapi juga terdokumentasi dengan baik. Mereka adalah Frans Mendur dan Alex Mendur, dua bersaudara yang lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara. Keduanya adalah pionir dalam dunia fotografi Indonesia, yang berani mengambil risiko besar untuk mengabadikan detik-detik penting proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Frans Mendur, lahir pada tahun 1913, dan Alex Mendur, lahir pada tahun 1907, mereka berasal dari keluarga sederhana di Minahasa. Keduanya tumbuh dengan minat yang besar terhadap dunia fotografi. Sebelum peristiwa proklamasi, Frans dan Alex bekerja sebagai fotografer untuk D?mei Tsushin, kantor berita milik pemerintah Jepang yang beroperasi di Indonesia selama masa pendudukan Jepang (1942-1945). Sebagai fotografer di D?mei Tsushin, tugas mereka adalah mendokumentasikan berbagai peristiwa yang terjadi di bawah kekuasaan Jepang.

Mengetahui bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945, Frans dan Alex berinisiatif untuk mendokumentasikan peristiwa penting tersebut. Ketika Soekarno dan Mohammad Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Frans yang berada di lokasi tersebut, dengan cepat mengambil beberapa foto momen bersejarah itu, meskipun sadar bahwa tindakannya itu penuh risiko.

Setelah berhasil mengabadikan momen proklamasi, Frans dan Alex harus menghadapi risiko besar. Tentara Jepang mengetahui bahwa mereka mengambil foto proklamasi kemerdekaan Indonesia, akhirnya mereka ditangkap dan tentara jepang menyita kamera Alex lalu membakar hasil fotonya. Disaat genting tersebut Frans berhasil berkilah dengan mengatakan jika negetif filmnya telah dirampas oleh Barisan Pelopor kemerdekaan Indonesia. Padahal negatif film tersebut sudah dia kubur di halaman kantor Harian Asia Raya, tempat ia bekerja setelah proklamasi. Tindakan beraninya ini berhasil menyelamatkan beberapa foto penting detik-detik kemerdekaan Indonesia.

Setelah Jepang menyerah pada Sekutu pada bulan September 1945, situasi mulai mereda, dan Frans Mendur mengambil kembali negatif film yang ia sembunyikan. Bersama, Alex Mendur, Frans membawa negatif film tersebut ke sebuah studio foto dan mencetak gambar-gambar bersejarah yang kemudian menjadi saksi bisu dari detik-detik penting kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1946, setahun setelah proklamasi kemerdekaan, Frans dan Alex Mendur bersama beberapa fotografer lainnya mendirikan Indonesian Press Photo Service (IPPHOS). IPPHOS menjadi agensi foto berita pertama di Indonesia dan memainkan peran penting dalam mendokumentasikan berbagai peristiwa penting selama masa awal kemerdekaan. Melalui IPPHOS, kedua bersaudara ini terus mendokumentasikan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya, seperti pertempuran, konferensi, dan upacara kenegaraan, yang semuanya menjadi bagian dari narasi sejarah Indonesia yang kaya.

Meskipun tidak secara resmi diberi gelar Pahlawan Nasional, jasa Frans dan Alex tidak pernah dilupakan. Pada tahun 1997, Frans Mendur dianugerahi Satya Lencana Pembangunan oleh pemerintah Indonesia sebagai bentuk pengakuan atas dedikasinya dalam bidang jurnalistik dan dokumentasi sejarah. Penghargaan ini mencerminkan pentingnya peran mereka dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, tanpa kehadiran mereka tentunya proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak akan terdokumentasi dalam bentuk foto.

Selain penghargaan resmi, warisan mereka terus dihormati melalui monumen dan pengakuan lainnya. Pada tahun 2013, sebuah Monumen Pers Mendur didirikan di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara, sebagai penghormatan atas kontribusi mereka dalam dunia fotografi dan dokumentasi sejarah Indonesia. Monumen ini dibangun di halaman Gereja Katolik St. Antonius di Kawangkoan, tempat asal kedua bersaudara ini.

Foto-foto hasil karya Frans Mendur, termasuk gambar Soekarno membacakan teks proklamasi, Hatta berdiri di sampingnya, dan pengibaran bendera Merah Putih, menjadi ikon sejarah Indonesia. Foto-foto ini tidak hanya menjadi bukti visual dari momen penting dalam sejarah Indonesia, tetapi juga menjadi simbol dari perjuangan kemerdekaan yang penuh dengan risiko dan tantangan.

Frans dan Alex adalah contoh nyata bagaimana keberanian dan dedikasi dapat mengabadikan momen-momen penting dalam sejarah. Melalui lensa kamera mereka, dunia dapat melihat dan merasakan detik-detik yang menentukan nasib sebuah bangsa. Kisah mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah fotografi di Indonesia dan mengajarkan kita tentang pentingnya dokumentasi dalam menjaga memori kolektif suatu bangsa. Warisan visual yang mereka tinggalkan akan terus dikenang dan dihargai oleh generasi-generasi mendatang.

 Frans Fradinen

SHARE :

Informasi

KONTAK

Alamat

Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah, Padang,25172

Email

info@umsb.ac.id

Telp

(0751) 482274