Maya dan Kisah Tak Terduga di PMM 4 UM Sumatera Barat: Sebuah Pengalaman Berharga
Maria Indrawati Nitbani, yang lebih akrab dipanggil Maya, adalah seorang mahasiswa perhotelan dari Politeknik Negeri Kupang yang ikut serta dalam program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Batch 4 di Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat. Namun, siapa sangka perjalanan Maya ke Sumatera Barat ini bermula dari ketidak inginannya? Rasa takut jauh dari keluarga dan restu dari sang ayah sempat menjadi penghalang besar.
“Awalnya aku gak mau ikut karena aku gak pernah jauh dari keluarga, dan Bapa gak pernah izinin buat kita anaknya keluar daerah jauh,” ujar Maya.
Keikutsertaannya dalam program PMM ini pun akhirnya terjadi berkat dorongan dua teman dekatnya yang mendaftarkan tanpa sepengetahuannya.
Namun, perjalanan Maya di Sumatera Barat ternyata memberikan warna tersendiri. Meski awalnya Maya tak tahu banyak tentang Sumatera Barat dan bahkan tidak memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap kampus, ia menemukan makna yang lebih dalam dari sekadar pertukaran akademik.
Kenangan Indah Bersama Teman-teman PMM
Ketika ditanya siapa teman yang paling berkesan selama menjalani PMM 4 ini, Maya terdiam sejenak sebelum akhirnya dengan senyuman penuh kenangan menyebut nama-nama yang memberikan kesan mendalam di hatinya.
“Miftaa selalu bagi aku makanannya, Sopie yang selalu tanya keadaan aku, hal yang tidak ditanyakan oleh orang lain, hal ini bikin aku nangis karena senang,” katanya.
Bukan hanya itu, Maya juga merasakan kehangatan dari teman-teman lainnya seperti Nina, Risna, Tasya, Novi, dan Via yang selalu mengajak bercanda, berbagi jajanan, hingga menjadi pengingat bahwa meski jauh dari rumah, ia tidak pernah merasa sendiri. Kehangatan dan kebersamaan itu menguatkan Maya untuk terus bertahan di tengah-tengah kerinduan akan kampung halamannya.
Yang lebih mengesankan adalah bagaimana Maya merasakan kasih sayang tulus dari Tim PMM 4 UM Sumatera Barat.
“Aku gak pernah kepikiran kalau Tim PMM 4 UM Sumatera Barat bakal sesayang itu sama kita,” kata Maya sambil mengenang momen-momen berharga selama di Sumatera Barat, termasuk saat Pak Riko sampai menangis karena tidak ingin berpisah dengan mahasiswa PMM.
Kejutan dan Kebahagiaan dari Bumi Andaleh
Salah satu momen yang membuat Maya terharu adalah ketika ia berada di kawasan wisata Mandeh, sebuah tempat yang menjadi favoritnya selama berada di Sumatera Barat.
“Berasa di rumah, soalnya kalau di rumah aku sering ke pantai sendiri, tenang,” ungkap Maya.
Kawasan Mandeh dengan keindahan pantainya menjadi tempat di mana Maya merasa damai, seolah membawa kenangan masa kecilnya di Kupang. Pengalaman di kawasan Mandeh juga menjadi lebih istimewa ketika ia menyaksikan beberapa temannya menangis, termasuk Pak Riko, yang membuat Maya semakin yakin bahwa ada ikatan emosional yang kuat antara mahasiswa PMM dan tim pelaksana kegiatan di UM Sumatera Barat.
Maya juga mengenang pengalaman menyentuh lainnya ketika Sopie, menanyakan tentang keadaan Maya saat ia merasa sangat rindu rumah.
“Itu aku langsung nangis, karena gak ada yang tanyain aku tentang keadaan aku apa aku betah di sini atau enggak,” kenangnya.
Dukungan emosional dari teman-teman dan tim PMM membantunya melewati masa-masa sulit selama jauh dari keluarga.
Bukan hanya pengalaman emosional, Maya juga belajar banyak hal dari kehidupan sehari-hari di Sumatera Barat. Ia menyadari pentingnya kesopanan dalam berpakaian, mengingat kuatnya nilai-nilai agama adat istiadat yang dipegang teguh oleh masyarakat Minangkabau. Selain itu, Maya juga terkesan dengan mahasiswa UM Sumatera Barat yang melaksanakan kuliah sambil bekerja, sesuatu yang belum tentu bisa dilakukan di kampusnya sendiri di Kupang.
“Aku pengen kayak mereka, tapi kampus aku tidak mengizinkan kuliah sambil kerja,” ungkap Maya dengan nada kagum.
Rasa Syukur dan Harapan Masa Depan
Meski pada awalnya Maya merasa sedih dan cemas karena jauh dari keluarga, lambat laun ia mulai merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Teman-temannya yang peduli dan lingkungan yang ramah membuat Maya merasa diterima sebagai bagian dari keluarga besar PMM 4 UM Sumatera Barat. Bahkan, Maya mengaku sangat merekomendasikan program PMM di UM Sumatera Barat untuk generasi berikutnya, meski ia akan merasa sedih jika melihat Tim PMM akrab dengan peserta baru.
“Sangat merekomendasikan, tapi nanti sedih lihat Abang dan tim akrab sama anak PMM 5,” ungkap Maya, sambil tertawa kecil.
Maya berharap suatu hari nanti bisa kembali ke Sumatera Barat, tempat yang sudah ia anggap seperti rumah kedua, terutama kawasan Mandeh yang selalu memanggilnya untuk kembali.
"Kalau aku punya uang, aku mau kembali ke sini," tutup Maya dengan senyum penuh harap.
Di balik perjalanan yang awalnya penuh keraguan dan ketakutan, Maya menemukan kebahagiaan dan pengalaman tak terlupakan di Sumatera Barat. Meski jauh dari rumah, ia merasa menemukan keluarga baru, teman-teman yang tak hanya berbagi makanan, tetapi juga hati dan jiwa. Sebuah pelajaran berharga yang mungkin tak akan pernah ia lupakan sepanjang hidupnya.
Frans Fradinen
Informasi
KONTAK
Alamat
Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah, Padang,25172
info@umsb.ac.id
Telp
(0751) 482274