Pemuda, Jangan Hanya Bangga karena Muda
Oleh: Dirzan Zoryadi
Mahasiswa S2 Pendidikan Agama Islam UM Sumatera Barat
Menjadi muda bukan hanya persolan energi yang kuat yang dimiliki akan tetapi tentang harapan dan masa depan sebuah negara. Kebanggaan suatu negara terletak pada pemudanya yang menjunjung integritas dan tak gentar melahirkan terobosan demi kemajuan bangsa. Tujuan besar tak cukup hanya diimpikan, tetapi perlu dijemput dengan kecerdasan dan ketangkasan yang bergerak seirama.
Bangsa yang tak lelah melangkah, akan tiba pada titik di mana keadilan dan kemakmuran bukan lagi impian, melainkan kenyataan. Namun harapan dan masa depan akan terhambat ketika tidak ada pembuktian terhadap ketangkasan dan kecerdasan yang dimiliki. Bukan karena hal itu mustahil tercapai, tetapi karena kelalaian kita sendiri dalam memanfaatkan masa muda yang semestinya bisa menjadi pijakan menuju generasi emas. Usia muda bukanlah sebuah pencapaian yang mesti digunakan untuk hura-hura belaka namun sebuah amanah besar yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Anak muda zaman kini banyak yang terlena dengan perkembangan teknologi zaman dan salah guna. Berbeda dengan pemuda di zaman nabi yang justru tampil mengambil bagian demi sebuah cita-cita negara. Sekelompok pemuda yang jelas dalam berpijak. Seperti Ali bin Abi Thalib yang punya keberanian yang luar biasa sejak usia remaja sampai menjadi khalifah. Mush’ab bin Umair yang menjadi duta dakwah pertama di Madina. Usamah bin Zaid dipercaya oleh Rasulullah menjadi panglima pasukan besar dalam ekspedisi ke wilayah Romawi Timur (Bizantium).
Hidup di zaman kini mempunyai sejuta peluang untuk berkontribusi kemajuan negara namun tidak bisa dipungkiri juga dipenuhi tantangan yang tidak ringan. Realita kehidupan hari ini menunjukkan pemuda berada dalam posisi yang tidak baik-baik saja bahkan dalam persimpangan antara kemajuan dan kebingungan arah. Banyak pemuda hari ini memilih gaya hidup jauh dari nilai-nilai luhur dan memilih hiburan dengan kesenangan yang semu. Padahal dibalik semangat muda itu tersimpan perubahan besar. Namun, banyak pemuda yang enggan bergerak dan tidak menyadari.
Pemuda hari ini bukanlah bodoh dan tak berdaya, tapi karena terlalu sibuk dengan media sosial yang ada dalam genggamannya. Daya tarik dunia maya yang glamor membuat mereka menjauh dari pilihan-pilihan hidup yang membutuhkan kedalaman berpikir dan ketekunan. Dalam penelitian Alhadi & Usiono (2025) menyatakan bahwa “seseorang yang kecanduan media sosial dapat membuat mereka malas melakukan aktivitas produktif lain”. Mereka mulai kehilangan tauladan jati diri sebagai seorang pemuda Islam dan larut dalam buian distraksi digital. Dalam kenyataanya tokoh-tokoh Islam yang tercatat dalam tinta emas dalam sejarah kejayaan Islam tidak lagi mereka kenali, maka tak heran nilai perjuangan dan makna hidup perlahan memudar dari kesadaran genarasi muda. Rasa mustahil untuk menuai kembali kejayaan Islam hinggap dalam diri pemuda Islam dan bahkan banyak yang berputus asa.
Peluang pemuda moderen bukan hanya sekedar wacana, tetapi realitas yang harus direspon dengan dengan cepat dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab. Pemuda punya peluang yang besar untuk maju yang terpenting berani keluar dari zona nyaman dan berani melangkah. Lakukan dengan segera karena tidak banyak yang menyadari waktu itu sangat singkat untuk disia-siakan, gunakan sebaik mungkin kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi. Kemajuan yang hanya bisa dilakukan oleh pemuda moderen dengan terbukanya ruang kolaborasi global adalah keunggulan yang tak dimiliki generasi sebelumnya.
Saatnya pemuda muslim meneladani pemuda zaman Nabi. Buktikan kepada dunia bahwa masa muda bukan alasan untuk lalai, melainkan kekuatan untuk memberi arti. Gunakan masa muda untuk menanam kebaikan, bukan hanya menikmati kenyamanan. Jadi pemuda itu bukan hanya simbol kekuatan fisik namun juga hati nurani dan kemajuan beradaban.
Informasi
KONTAK
Alamat
Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah, Padang,25172
info@umsb.ac.id
Telp
(0751) 482274