"Milad Muhammadiyah ke-113: Sebuah Refleksi"
Oleh : Reyhan Respati, S.Psi
Pada usia ke-113 tahun ini, Muhammadiyah kembali mengingatkan kita tentang perjalanan panjang yang tak hanya dihitung dari angka, tapi juga dari komitmen, perjuangan, dan visi yang terus berkembang. Mengusung tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”, Muhammadiyah menegaskan bahwa kesejahteraan tidak cukup hanya dipandang sebagai peningkatan materi, tetapi juga sebagai keberhasilan sosial dan spiritual yang sejalan dengan semangat dakwah dan kemajuan. Dalam refleksi kali ini, kita diajak untuk melihat Muhammadiyah lebih dari sekadar ormas besar dengan sekian banyak amal usaha. Kita diajak untuk melihat bagaimana gerakan ini merespon zaman dengan seluruh tantangan dan peluangnya.
Realita yang dihadapi Muhammadiyah hari ini sangat kompleks. Seiring dengan kebutuhan zaman yang semakin dinamis, Muhammadiyah tak bisa lagi berpuas diri dengan cara-cara lama. Organisasi Muhammadiyah harus bertransformasi agar tak tergilas oleh zaman. Langkah tersebut sudah mulai dilakukan. Seperti yang dapat kita baca pada laman muhammadiyah.or.id, beberapa langkah langkah konkret yang Muhammadiyah ambil yaitu kerja sama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk mendukung transformasi digital melalui aplikasi MASA, sebuah super app yang memungkinkan pengelolaan amal usaha Muhammadiyah, mulai dari manajemen keanggotaan hingga pembayaran iuran, dengan lebih efisien dan transparan. Selain itu, melalui cuitan Ismail Fahmi Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah melalui platform X, Muhammadiyah juga tengah mengembangkan aplikasi SatuMu. SatuMu merupakan Platform digital terpadu yang mendukung tata kelola organisasi yang modern dan efisien, termasuk mengintegrasikan data dari berbagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Muhammadiyah semakin mengerti bahwa teknologi bukanlah pilihan, tetapi sebuah kebutuhan yang mendesak, yang harus dijalani demi kelangsungan dan relevansi di era digital.
Hal ini diperkuat oleh tindakan Muhammadiyah dalam menunjukkan komitmennya di bidang pendidikan dan lingkungan dengan meluncurkan Pesantren Eco-Saintek di Bogor. Pesantren ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga memadukan pendidikan sains dan kesadaran lingkungan, sebagai respons terhadap krisis ekologi yang semakin terasa. Di tengah semua ini, Muhammadiyah terus berkembang, membuka diri terhadap teknologi dan modernitas tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi mereka. Langkah langkah ini memberi harapan bagi kita, bahwa Muhammadiyah tidak hanya menjadi ormas yang besar, tetapi juga ormas yang relevan, ormas yang bergerak dengan visi masa depan.
Namun, seperti halnya organisasi besar lainnya, Muhammadiyah juga tidak luput dari tantangan. Masih ada kesenjangan yang harus dijembatani, antara pusat dan daerah, antara program besar dan implementasinya di lapangan. Transformasi digital yang dijalankan oleh pusat harus dipastikan bisa menjangkau semua cabang, terutama di daerah daerah yang lebih terpinggirkan. Dan meskipun telah banyak upaya untuk memperbaiki kesejahteraan karyawan dan pegawai di amal usaha Muhammadiyah, masih ada pekerjaan rumah besar untuk memastikan bahwa mereka yang berada di garda depan persyarikatan ini benar-benar mendapatkan perhatian yang pantas.
Haedar Nashir, dalam berbagai kesempatan, menegaskan pentingnya prioritas program dan sinergi dalam mengelola berbagai agenda organisasi. Pada pidato iftitah Konsolidasi Nasional Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2025, beliau berkata, “Muhammadiyah masih memiliki banyak pekerjaan. Terdapat tujuh agenda transformasi besar Muhammadiyah sebagai arah penguatan organisasi dalam menghadapi dinamika zaman. Di Muhammadiyah kita harus memadukan kepemimpinan yang kuat dengan manajerial yang rapi dan efisien. Jangan serba asal-asalan”. Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa dalam organisasi yang besar, menjaga fokus dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil adalah langkah yang terarah dan berdampak itu tidak mudah. Sinergi antar bagian organisasi, yang sering kali tampak terpecah, harus menjadi hal yang diprioritaskan.
Namun, pada titik inilah kita perlu merenung lebih dalam. Kesejahteraan yang dimaksud dalam tema Milad kali ini bukan hanya soal angka di laporan keuangan atau materi yang terkumpul, tetapi kesejahteraan yang holistik, meliputi kesejahteraan mental, sosial, dan spiritual umat. Di sinilah tantangannya. Muhammadiyah perlu memastikan bahwa nilai-nilai dasar dakwah, yang selama ini menjadi ciri khas mereka, tetap ada, meski dalam menghadapi gelombang modernitas. Mengadaptasi dengan zaman itu penting, tetapi tidak melupakan akar yang membentuk kita. Transformasi digital, teknologi, dan pendidikan yang berbasis sains memang harus menjadi bagian dari perjalanan Muhammadiyah, tetapi esensi dari perjuangan Muhammadiyah untuk memajukan kesejahteraan umat dan bangsa harus tetap teguh, tanpa kompromi.
Renungan kita pada Milad ke 113 ini seharusnya mengingatkan kita bahwa setiap organisasi, besar maupun kecil, tidak pernah lepas dari tantangan zaman. Tapi yang membedakan Muhammadiyah adalah ketekunannya dalam beradaptasi, menghadirkan pembaruan, dan dalam usahanya untuk menjadi agen perubahan. Dengan segala capaian yang ada, Muhammadiyah telah menunjukkan bahwa sebuah gerakan sosial-keagamaan bisa tetap relevan dan berdampak, bahkan di tengah arus globalisasi yang begitu deras.
Pada akhirnya, Milad ke 113 Muhammadiyah bukan hanya sebuah peringatan sejarah, tetapi sebuah panggilan untuk terus bergerak maju. Sebuah panggilan untuk memperkuat semangat dakwah yang berlandaskan pada kesejahteraan umat, yang tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan semata, tetapi juga meliputi kesejahteraan sosial, ekonomi, dan moral bangsa. Dengan sinergi yang semakin kuat, visi yang jelas, dan komitmen yang tak luntur, Muhammadiyah bisa terus memajukan kesejahteraan bangsa, bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk generasi yang akan datang.
Informasi
KONTAK
Alamat
Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah, Padang,25172
info@umsb.ac.id
Telp
(0751) 482274