UM Sumbar Peduli Tinjau Retakan Bukit Taman Raya Balingka, Camat IV Koto Minta Kajian Mitigasi Bencana
Humas UM Sumatera Barat — Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UM Sumbar) melalui UM Sumbar Peduli Posko Kampus III bersama Lembaga Manajemen Konstruksi dan Layanan Teknik UM Sumbar melakukan survei teknis terhadap retakan tanah di kawasan Bukit Taman Raya Balingka, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam. Survei dilakukan sebagai respons atas laporan masyarakat yang khawatir retakan tersebut berpotensi menimbulkan bencana longsor, terutama menjelang puncak musim hujan yang diprediksi BMKG terjadi pada 25 Desember mendatang.
Camat IV Koto, Subchan, mengatakan bahwa keretakan sepanjang hampir 500 meter dengan lebar sekitar 30 sentimeter ditemukan oleh masyarakat di kawasan tersebut.
“Keretakan ini ditemukan masyarakat dan kami khawatir memiliki potensi bahaya yang lebih besar. Karena kami awam secara teknis, kami berkoordinasi dengan UM Sumatera Barat untuk menilai apakah retakan ini dapat memicu longsor yang berdampak kepada warga,” jelas Subchan.
Dirinya mengapresiasi respons cepat tim UM Sumbar yang langsung turun ke lapangan untuk melakukan penilaian awal.
“Kami tidak memiliki tenaga teknis, sehingga penilaian dari para akademisi sangat kami butuhkan. Jika memang berpotensi besar, maka sekitar 500 jiwa yang tinggal di bawah kawasan ini harus dipertimbangkan untuk relokasi demi keselamatan,” tambahnya.
Pemerintah kecamatan, lanjutnya, siap mendampingi seluruh rangkaian kajian dan survei lanjutan bersama tim UM Sumbar.
Ketua UM Sumbar Peduli Posko Kampus III, Ir. Zuheldi, ST., MT, yang juga bagian dari Lembaga Manajemen Konstrusi dan Layanan Teknik UM Sumatera Barat menjelaskan bahwa survei lapangan dilakukan atas permintaan Kecamatan IV Koto saat pengantaran relawan pada 3 Desember 2025.
“Di lokasi retakan pada ketinggian ±700 mdpl, kami menemukan retakan sepanjang sekitar 300 meter dengan lebar 10–20 cm. Secara visual, kondisi ini cukup membahayakan,” ungkap Zuheldi.
Ia menambahkan bahwa wilayah tersebut termasuk daerah tangkapan air yang berpotensi mengalami keruntuhan tanah, meskipun tidak terdapat sumber air besar di bagian atas bukit.
Berdasarkan tinjauan awal, tim UM Sumatera Barat memberikan sejumlah rekomendasi. Rekomendasi yang pertama yaitu mitigasi struktural diantaranya : Menutup retakan sementara dengan tanah lempung atau tanah biasa yang dipadatkan guna mencegah air masuk ke celah; Mengalihkan aliran air agar tidak menuju retakan; Memperbaiki terasering untuk menjaga kestabilan lereng; Melakukan reboisasi dengan tanaman berkayu seperti surian, kulit manis, dan mahoni; Menghindari pembangunan pada kawasan lereng dengan kemiringan ekstrem hingga 60 derajat.
Selain mitigasi teknis, Zuheldi menegaskan juga perlunya mitigasi non-struktural, seperti : Pemetaan kawasan rawan longsor secara menyeluruh; Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda bahaya longsor serta pola tanam yang aman; Simulasi evakuasi dan peningkatan kapasitas kesiapsiagaan warga; Pemantauan rutin oleh masyarakat dan aparat desa terhadap kondisi lereng dan tanah.
Zuheldi menekankan bahwa temuan awal ini belum cukup untuk menyimpulkan apakah kawasan tersebut harus segera dikosongkan.
“Kami perlu kajian geologi dan geoteknik lanjutan untuk menentukan tingkat bahaya. Namun masyarakat harus tetap waspada, terutama bagi yang tinggal lama di sekitar lereng,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan agar warga segera waspada jika melihat tanda-tanda awal pergerakan tanah.
“Jika ada tanda-tanda pergerakan sedikit saja, warga harus berhati-hati. Bila perlu, cari tempat mengungsi sementara mengingat curah hujan tinggi di bulan Desember dan mari bersama-sama menjaga keselamatan warga Ampek Koto. Semoga cuaca ekstrem dapat kita hadapi dengan kewaspadaan dan kesiapsiagaan,” tutup Zuheldi.
Informasi
KONTAK
Alamat
Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah, Padang,25172
info@umsb.ac.id
Telp
(0751) 482274