Sepenggal Kisah Inspiratif Ismail Syakban
Humas UM Sumatera Barat - Tentu kita pernah merasa bosan jenuh dan seakan kehilangan arah, untuk menyemangati diri yang selalu ‘fluktuatif’ kebanyakan orang akan melakukan rekreasi untuk mengistirahatkan tubuh dari lingkar rutinitas harian agar fikiran kembali segar. Selain itu juga ada yang menonton film atau membaca kisah inspiratif orang lain dengan harapan dan tujuan memotivasi diri.
Kisah inspiratif memang dimiliki oleh segelintir orang saja, meskipun pada dasarnya siapapun pasti memiliki kisah dan cerita hidup tersendiri. Namun jika kalian memiliki kisah inspiratif tidak ada salahnya untuk diceritakan, boleh jadi ada orang yang termotivasi oleh kisah yang kalian sampaikan tersebut. Kisah inspiratif tidak hanya seputar kesuksesan seseorang dari biasa menjadi luar biasa, dari yang awalnya miskin menjadi kaya, atau seorang pedagang kecil yang bertransformasi menjadi saudagar.
Lebih daripada itu kisah inspiratif dilihat dari bagaimana seseorang mencapai satu titik dengan penuh perjuangan. Menghargai setiap proses, sabar ulet, tekun dan sifat pantang menyerah adalah kunci yang perlu di perhatikan. Berikut adalah kisah inspiratif seorang anak desa yang tidak menyerah terhadap kerasnya gempuran hidup, hingga berada pada satu titik yang tidak terbayangkan sebelumnya. Atas kesabaran, ketekunan, dan segala proses yang dia lalui Allah menakdirkan Ismail Syakban menjadi seorang dosen yang akan memotivasi banyak orang agar tidak menyerah dengan keadaan.
Ismail Syakban adalah seorang anak desa Sulik Aia yang berada Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Tidak pernah terlintas di fikirannya untuk menjadi dosen karena untuk sekolah saja sangat susah karena Ismail Syakban sudah kehilangan sosok Ayah sejak kecil. Dalam mencukupi kebutuhan harian seluruh anggota keluarga harus bekerja di sawah dan ke ladang. Saat melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah untuk membiayai sekolahnya Ismail Syakban menjadi garin dan tinggal di Masjid, serta dengan prestasi yang diraih alhamdulillah dapat sedikit menolong biaya dan kebutuhan sekolahnya saat itu.
Katanya baru bisa kuliah saat dapat beasiswa yang direkomendasikan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat, alhamdulillah berkat kegigihannya Ismail Syakban mampu menyelesaikan pendidikan dalam kurun waktu 7 semester. Tidak mau menyia-nyiakan waktu, di semester 8 dirinya mencoba peruntungan dengan mencari beasiswa program pasca sarjana atau S2. Sungguh diluar dugaan program pasca sarjana dapat dia selesaikan hanya dalam waktu 14 bulan.
Selesai mengenyam pendidikan Ismail Syakban kembali pada Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang kemudian mengatakan agar dia kembali ke Persyarikatan Muhammadiyah di wilayah masing-masing untuk mengabdi hingga akhirnya Ismail Syakban ditempatkan di Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat sebagai Dosen Al Islam dan Kemuhammadiyahaan. Meskipun dari awal tidak ada niat untuk menjadi dosen namun berkat kegigihan dan perjuangannya Allah memberikan satu tempat mulia kepada Ismail Syakban dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Manusia Punya Rencana Allah Beri Yang Terbaik
Melalui program beasiswa Ismail Syakban ingin melanjutkan kuliah di bidang seni namun dia lulus di jurusan tarbiah Fakultas Agama Islam, karena tidak punya pilihan dia harus jalani dengan lapang dada, Hingga akhirnya jadi Dosen di Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
Selama menjalani profesi sebagai Dosen di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Ismail Syakban selalu ngelaju dari Solok ke Padang , sementara dari Sulik Aia ke kota Solok ada jarak sekitar 40 menit perjalanan dengan sepeda motor. Terkadang dia terpaksa menginap satu dua hari di Padang dan tidur menumpang di Fakultas, namun semua itu dia jalani dengan ikhlas karena Allah.
Walaupun saat ini Ismail Syakban sudah berprofesi sebagai Dosen namun dia tidak pernah melupakan tanah tempatnya berpijak. Tanpa rasa malu dan sungkan sedikitpun hingga hari ini dia masih menekuni profesi lamanya sebagai petani, pagi hari sebelum berangkat ke Kampus Ismail Syakban selalu menyempatkan diri ke sawah dan ladangnya, hal serupa juga dia lakukan di sore hari sepulangnya mengabdi di Perguruan Tinggi.
Tidak hanya itu disela lelah dan kesibukannya Ismail Syakban juga sempat menuangkan ide dan fikirannya dalam sebuah tulisan hingga tidak terasa kreativitas fikirannya menjadi beberapa novel yang sudah dilirik perusahaan untuk diterbitkan, diantaranya Pelabuhan Tak Berkapal, Mozaik Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, dan Sang Pengembara.
Tahun 2018 Ismail Syakban diberi amanah sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam dan diberi tantangan oleh Rektor untuk mendapatkan setidaknya 30 orang mahasiswa baru, saat itu Rektor menjanjikan hadiah jika Ismail Syakban mampu mencapai target tersebut. Berkat usaha dan kerja keras Program Studi Pendidikan Agama Islam berhasil mendapa mahasiswa sebanyak 32 orang ditahun pertamanya menjabat sebagai Ketua Program Studi. Dan pada tahun 2019 Program Studi Pendidikan Agama Islam mendapat mahasiswa sebanyak 38 orang.
Ditahun yang sama Ismail Syakban berhenti jadi Ketua Program Studi karenakan melanjutkan pendidikan ke jenjang S3. Maka dari itu mulai saat ini tanamkanlah fikiran positif dalam diri, hargai setiap proses, kerja keras maupun kerja cerdas, serta jangan mudah menyerah.
Frans Fradinen
Informasi
KONTAK
Alamat
Jln. Pasir Kandang No. 4 Koto Tangah, Padang,25172
info@umsb.ac.id
Telp
(0751) 482274